Home Inspirasi Program Swipe Safe Bikin Delapan Ribuan Anak Bisa Identifikasi dan Merespon Risiko Kekerasan Online
InspirasiParentingPsikologiUncategorized

Program Swipe Safe Bikin Delapan Ribuan Anak Bisa Identifikasi dan Merespon Risiko Kekerasan Online

Share
Share

JakartaHi Moms and sis, saat ini ada yang disebut Eksploitasi seksual dan kekerasan online terhadap anak Online Sexual Exploitation and Abuse towards Children (OSEAC), dimana merupakan masalah kompleks yang menghalangi anak-anak dan kaum muda menggapai potensi mereka. Untuk merespon resiko ini, ChildFund International di Indonesia dan ChildFund Australia menginisiasi Program Swipe Safe kolaborasi memungkinkan lebih dari 8 ribu anak dan pemuda dapat mengidentifikasi dan merespon risiko kekerasan online.

“Inisiatif Swipe Safe kami kembangkan di Indonesia sejak Januari 2023 di Kupang dan Semarang untuk mencegah kekerasan serta eksploitasi daring bagi anak sekaligus menumbuhkan ekosistem yang mendukung keamanan online,” ungkap Reny Haning, Child Protection & Advocacy Specialist ChildFund International di Indonesia dalam Berdaya Summit 2025: Melindungi Anak & Remaja di Era Digital, pekan lalu.

“Dalam 2,5 tahun kami sudah melengkapi lebih dari 8 ribu anak dan pemuda dengan kapasitas untuk mengenali dan merespon risiko online. Untuk memperkuat ini, lebih dari 2 ribu orang tua dan pengasuh sudah memiliki keterampilan yang memungkinkan mereka untuk melindungi dan membimbing anak-anak mereka dalam menavigasi dunia digital secara aman,” tambahnya.

Meski inisiatif ini hanya berlangsung kurang dari 3 tahun, ChildFund International di Indonesia dan mitra Yayasan Cita Masyarakat Madani serta Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranta telah memastikan keberlangsungannya dan kepemilikan di masyarakat melalui pelatihan fasilitator untuk pemuda, orang tua, guru dan tenaga perlindungan anak. Pada gilirannya, ini mendukung perluasan jangkauan pendidikan keselamatan daring dalam masyarakat.

“Kami juga memperkuat kapasitas 363 tenaga professional di Kabupaten & Kota Kupang serta Kota Semarang untuk mencegah dan merespon kasus kekerasan dan pelecehan seksual daring terhadap anak,” ujar Reny.

Berdasarkan catatan LBH Apik NTT masih banyak LSM di Kupang yang belum peduli dengan masalah kekerasan online. “Di Kota Kupang, belum banyak LSM yang benar-benar peduli dan berfokus pada isu-isu kekerasan dan risiko di ranah daring. Tapi ChildFund International di Indonesia hadir melalui program Swipe Safe, mengajak anak-anak untuk lebih sadar, lebih berani bersuara, dan tidak menjadi ‘silent killer’ di ruang daring,” ujar Ansy Damaris Rihi Dara, SH dari LBH Apik NTT.

Sementara merujuk dari kajian ChildFund International di Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa hampir 50% siswa sekolah menengah dan universitas telah melakukan intimidasi terhadap orang lain secara online dan 59% siswa telah menjadi korban perundungan online dalam tiga bulan terakhir. “Berdasar temuan-temuan inilah kami menggagas implementasi Swipe Safe di Indonesia,” ujar Husnul Maad, Country Director ChildFund International di Indonesia.

Swipe Safe merupakan inisiatif ChildFund Australia yang dikembangkan di 7 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Program ini membangun ekosistem perlindungan anak di ranah daring melalui beberapa 4 langkah.

“Pertama, pelatihan keamanan daring untuk anak dan pemuda. Kedua, sesi-sesi pengasuhan daring dan perlindungan anak di dunia online untuk orang tua dan pengasuh. Pendekatan ketiga adalah peningkatan kapasitas tenaga perlindungan anak profesional, aparat penegak hukum, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan kepolisian. Dan keempat, advokasi untuk integrasi sistem modul Swipe Safe ke dalam pendidikan nasional dan kerangka kerja perlindungan anak,” jelas Muhammad Nuzul.

Swipe Safe adalah langkah penting dalam mewujudkan lingkungan digital yang aman dan memberdayakan bagi anak-anak. “Kami berkomitmen untuk melanjutkan kerja baik Swipe Safe di Indonesia, dengan memastikan suara anak menjadi pusat dari setiap strategi perlindungan daring. Kami juga mendorong adopsi pendekatan ini oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya bersama menciptakan ruang digital yang lebih aman dan inklusif,” katanya.

Sekolah yang menjadi tempat di mana anak menghabiskan sebagian besar waktunya juga menjadi target intervensi Swipe Safe. Sejumlah 51 sekolah telah terlibat aktif dalam mempromosikan keselamatan daring melalui kolaborasi dengan dan integrasi modul dan prinsip-prinsip keamanan daring ke dalam lingkungan sekolah.

“Di era digital ini, anak-anak sudah aktif di media sosial, namun belum tentu disertai dengan kesadaran atau tanggung jawab dalam literasi digital. Bagaimana cara berinternet yang aman? Bagaimana mereka bisa menjaga privasi? Kami khawatir akan dampak dan risikonya. Melalui kegiatan Swipe Safe, setidaknya para siswa menjadi lebih sadar dan paham mengenai apa yang bisa mereka lakukan untuk berinternet dengan aman,” ungkap Leni, Guru BK dari salah satu SMA di Semarang.

ChildFund Australia sendiri telah berkomitmen untuk terus berkontribusi pada keselamatan anak-anak Indonesia di ranah daring.

“Kami berharap, langkah ini tak berhenti di sini. ChildFund International di Indonesia terbuka untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga filantropi, juga industri terkait,” ujar Husnul Maad, Country Director ChildFund International di Indonesia.

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles
UncategorizedWhat's Up

Liquiça Optimis Jalani Masa Depan Damai Usai Ikuti Program SSCP Uni Eropa

Jakarta – Hi moms and sis, 30 bulan lamanya masyarakat Liquica, Timor...

InspirasiLifestyleUncategorizedWhat's Up

FWD Insurance Perkenalkan Perencanaan Keuangan Sejak Dini

Jakarta – Hi moms and sis, tahukah kalian bahwa di era modern...

BeautyInspirasiKesehatanLifestyle

Ribuan Perempuan Ikut Event Fun Run Perdana Marina di GBK

Jakarta – Hi Moms and Sis, pekan lalu Marina melakukan gebrakan baru...