Di tengah hiruk pikuk kawasan di Jalan Veteran, Jakarta Pusat, ada destinasi kuliner tak biasa Bernama Dapur Babah Elite. Bukan sekadar restoran, restoran ini hadir sebagai lorong waktu yang mengundang pengunjung untuk menyelami kekayaan sejarah dan budaya. Sejak pertama kali melangkah masuk, aura masa lalu begitu terasa, seolah setiap sudut ruangannya menyimpan kisah-kisah lama yang siap dibisikkan.

Restoran ini merupakan mahakarya perdana dari Tugu Hotels & Restaurants Group, yang dengan cermat mengubah sepasang ruko berusia puluhan tahun dari era 1940-an menjadi sebuah galeri hidup. Di sini, kelezatan hidangan berpadu harmonis dengan koleksi benda-benda antik yang tersebar di setiap penjuru. Furnitur jati daur ulang memancarkan kehangatan, sementara peralatan rumah tangga pedesaan seperti timbangan, penggiling daging, dan lesung alu menjadi saksi bisu kehidupan lampau.

Bahkan, papan nama ‘Hap Liong Tailor’, penyewa asli bangunan ini, tetap dipertahankan, menjadi penanda perjalanan waktu yang tak terhapuskan. Setiap detail interior, mulai dari palet warna pastel yang berani pada dinding hingga patung-patung dewa-dewi Tiongkok, Hindu, dan Buddha yang tersenyum damai, semuanya bersinergi menciptakan atmosfer romantis yang seolah membawa pengunjung keluar dari hiruk pikuk dunia modern.
Koleksi Antik Mulai Peralatan Makan Minum Sampai Patung Dewa Masak
Salah satu magnet utama Dapur Babah Elite adalah koleksi benda-benda antiknya yang luar biasa. Setiap sudut restoran ini menjelma menjadi pameran mini yang mengisahkan fragmen-fragmen masa lalu.

Pengunjung akan terpukau dengan teko-teko kuno berukiran rumit, piring-piring porselen putih khas Tiongkok dengan motif klasik yang anggun, serta lemari dan ornamen dapur tempo dulu yang seolah masih menyimpan jejak aroma masakan nenek moyang.
Benda-benda ini bukan sekadar dekorasi; mereka adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman bersantap di Dapur Babah Elite, menyuguhkan sentuhan otentik yang langka ditemukan di tempat lain.
Keunikan koleksi ini tak hanya terbatas pada perabot berukuran besar. Perhatian terhadap detail terlihat jelas pada peralatan makan dan minum yang digunakan. Bayangkan menyeruput teh dari cangkir antik yang mungkin telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa sejarah, atau menikmati hidangan di atas piring yang telah melintasi zaman. Dari penggiling kopi manual peninggalan Belanda yang masih kokoh, hingga pipa opium dari era kolonial yang menjadi penanda gaya hidup masa lalu, setiap objek di Dapur Babah Elite memiliki kisahnya sendiri.

Koleksi ini tidak hanya memperkaya estetika restoran, tetapi juga berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pengunjung dengan warisan budaya yang kaya, menciptakan atmosfer yang seolah membawa kita kembali ke era kejayaan Peranakan. Ini adalah pengalaman bersantap yang melampaui sekadar makanan; ini adalah perjalanan melintasi waktu, di mana setiap suapan dan tegukan disajikan bersama dengan sepotong sejarah yang tak ternilai.
Harmoni Kuliner Tiga Budaya
Selain pesona benda-benda antiknya, Dapur Babah Elite juga memanjakan indera perasa pengunjung dengan hidangan-hidangan khas yang sarat akan sejarah dan perpaduan budaya. Menu di sini bukan sekadar daftar sajian, melainkan sebuah narasi kuliner yang mengisahkan akulturasi antara budaya Jawa, Tiongkok, dan Belanda yang telah membentuk cita rasa khas Indonesia. Setiap hidangan adalah hasil dari resep turun-temurun yang dijaga keasliannya, disajikan dengan sentuhan modern yang elegan.

Salah satu pengalaman bersantap yang paling istimewa adalah Grand Selamatan Tafel. Ini bukan sekadar makan malam biasa, melainkan sebuah ritual yang penuh makna. Dua ‘nasi tumpeng’ berbentuk kerucut, yang melambangkan Gubernur Jenderal (Mannelijke Goenoengan) dan Ratu Wilhelmina (Vrouwelijke Goenoengan), disajikan dengan iringan parade lauk pauk mewah.

Prosesi ini, yang bahkan melibatkan seorang penari Jawa sebagai pemimpin, membawa pengunjung pada sebuah perjalanan kembali ke masa lalu, merasakan kemegahan jamuan di era kolonial.
Tak kalah menarik adalah Njonja Redaktur’s High Tea, sebuah penghormatan kepada para jurnalis perempuan Peranakan di awal abad ke-20. Tradisi minum teh sore ini, yang terinspirasi dari pertemuan-pertemuan Njonja Tjoa, editor surat kabar ‘Istri’, dan rekan-rekan jurnalisnya, menawarkan pengalaman bersantap ringan yang anggun. Ini adalah kesempatan untuk menikmati aneka kudapan manis dan gurih sambil membayangkan diskusi-diskusi penting yang pernah terjadi di antara para perempuan cerdas di masa itu.

Di samping itu, Dapur Babah Elite juga menyajikan hidangan-hidangan ikonik lainnya seperti Nasi Tjampoer Babah yang menjadi favorit banyak kalangan, Petjel Pintjoek dengan sambel kacang khasnya, serta hidangan penutup yang menyegarkan seperti Es Tjampoer Babah Paling Seger dan minuman hangat Wedang Ronde.

Setiap hidangan ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga mengisahkan bagaimana berbagai budaya bertemu dan menciptakan harmoni rasa yang luar biasa. Dapur Babah Elite membuktikan bahwa makanan bukan hanya untuk mengenyangkan perut, tetapi juga untuk merayakan sejarah dan warisan budaya yang tak ternilai. (DNA)
Leave a comment