Jakarta – Hi moms and sis, tahukah kalian bahwa Generasi Z kini tak sekadar menjadi pengguna media sosial, mereka adalah kekuatan utama di balik tren digital yang membentuk cara orang berinteraksi, berbelanja, hingga berbisnis. Dengan gaya hidup yang lekat dengan dunia online, generasi ini memanfaatkan platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube bukan hanya untuk hiburan, tapi juga sebagai sarana ekspresi diri, pencarian informasi, hingga ladang cuan. Bagi brand, memahami pola pikir dan perilaku Gen Z di media sosial bukan lagi pilihan tapi keharusan, jika ingin tetap relevan di tengah derasnya arus digital.
Seperti dikutip dari contentgrip.com, adanya perubahan dunia digital yang semakin eksistensi tentunya hal ini mengkategorikan bahwa tiga top teratas media social yang digunakan Gen Z dalam kesehariannya di antaranya mulai dari YouTube, TikTok, dan Instagram. Konten video pendek kini menjadi primadona di kalangan Gen Z. TikTok dan Instagram Reels menjadi “rumah kedua” bagi generasi ini untuk mencari hiburan, belajar hal baru, hingga menyuarakan opini.
Menariknya, tren ini tidak hanya soal hiburan, karena hampir 40% Gen Z kini lebih memilih mencari informasi di TikTok ketimbang di Google. Fakta ini mendorong Google mulai mengindeks video dari TikTok dan Instagram, menandakan perubahan besar dalam cara orang mengakses informasi. Sementara itu, YouTube Shorts meskipun didukung langsung oleh YouTube belum terlihat dalam hasil pencarian Google, meski pengembangannya masih terus berjalan.
Bagi Gen Z, video pendek bukan sekadar konten cepat tonton, tapi bentuk komunikasi yang ringkas, visual, dan langsung ke inti. Dalam dunia serba cepat, inilah cara mereka menyerap informasi singkat, padat, dan penuh gaya.
Selain itu dalam dunia perdagangan mengubah trend yang tidak seperti generasi sebelumnya yang mengandalkan e-commerce tradisional, Gen Z lebih menyukai pengalaman berbelanja terintegrasi di media sosial. Fitur-fitur seperti Instagram Shops, TikTok Shop, dan promosi influencer memudahkan mereka berinteraksi dengan merek dan melakukan pembelian instan.
Gen Z dua kali lebih mungkin melakukan pembelian melalui media sosial dibandingkan generasi yang lebih tua. Melihat perubahan ini, pelaku bisnis perlu mulai bergeser bukan hanya hadir di platform digital, tetapi benar-benar memahami perilaku pasar yang kini digerakkan oleh konten, komunitas, dan kecepatan. Beradaptasi dengan ekosistem belanja ala Gen Z bukan lagi opsi, melainkan keharusan agar tetap relevan dan kompetitif di pasar yang terus berkembang.
Presentase Gen Z di media sosial studi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 90% Gen Z menggunakan media sosial setiap hari, menjadikan mereka demografi yang paling aktif secara daring. Hal ini menunjukan bahwa yang disukai Gen Z di media sosial saat ini adalah autentisitas yaitu konten buatan pengguna, video berdurasi pendek, dan penceritaan interaktif.
Ada beberapa tips agar menarik Audiens Gen Z mulai dari pertama, prioritaskan video berdurasi pendek, gunakan TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts untuk konten yang menarik dan bertempo cepat. Kedua, jadilah autentik, hindari iklan yang terlalu dipoles; Gen Z menghargai konten yang nyata dan relevan. Ketiga, terlibat dalam komunikasi dua arah tanggapi komentar, buat polling interaktif, dan gunakan konten buatan pengguna. Dan yang terakhir buat meme dan konten berbasis tren, tetap ikuti perkembangan budaya internet dan ikuti tantangan yang sedang tren.
Di tengah dinamika media sosial yang terus berubah, memahami dan beradaptasi dengan karakteristik Gen Z bukan lagi sekadar strategi, melainkan kebutuhan utama bagi brand dan pelaku bisnis. Dengan mengedepankan konten autentik, interaktif, dan relevan, serta memanfaatkan platform favorit mereka, bisnis bisa menjalin koneksi yang lebih kuat dan membangun loyalitas jangka panjang. Karena pada akhirnya, keberhasilan di era digital adalah tentang bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan generasi yang menguasai feed Gen Z. (BGA)
Leave a comment