Fashion

TORAJAMELO Mengangkat Derajat Perempuan Penenun Indonesia

Jakarta – TORAJAMELO menghadirkan koleksi kain tenun bertajuk ‘Menenun Cerita Indonesia’ pada ajang Asian Textiles Exhibition, atau Pameran Wastra Asia, yang bertempat di Museum Tekstil Jakarta selama sebulan penuh dari tanggal 9 Agustus hingga 9 September 2018 mendatang.

Menurut data statistik sekitar 70% penduduk miskin adalah perempuan. Banyak di antara mereka kemudian memilih untuk bekerja di luar negeri sebagai pembantu rumah tangga untuk membantu keuangan keluarga mereka. Banyak pula diantara para tenaga kerja perempuan ini mengalami berbagai tindakan kekerasan sehingga akhirnya kembali lagi ke Tanah Air.

Angka kemiskinan yang miris ini, yang didominasi oleh kaum perempuan, menggerakkan TORAJAMELO untuk turut berperan aktif dalam mengatasi kemiskinan dan kekerasan yang mereka alami. TORAJAMELO adalah komunitas yang peduli dengan seni dan budaya, khususnya dalam bidang tenun, dan memiliki tujuan serta visi untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi para perempuan penenun, sekaligus melestarikan dan  meremajakan seni budaya tekstil tenunan tangan Indonesia.

Ajang Asian Textiles Exhibition diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian acara menyambut Asian Games 2018. Pameran Wastra Asia ini mengusung tema ‘Share Roots, Diverse Growth, Celebrating Asia’s Textiles Traditions’ dan diselenggarakan oleh Pemerintah Kota DKI Jakarta dengan mitra penyelenggara TORAJAMELO dan Wastra Indonesia. Di ajang ini, TORAJAMELO menampilkan koleksi kain tenun karya para perempuan penenun dari Toraja dan Mamasa, Sulawesi dan Adonara dan Lembata, Nusa Tenggara Timur. Pada koleksi terbarunya, TORAJAMELO menampilkan inovasi kain tenun dengan warna yang lebih kekinian serta bahan yang lebih popular sehingga kain tenun semakin digemari oleh  masyarakat umum, khususnya pecinta kain tradisional.

TORAJAMELO turut menyelenggarakan Asian Textile Exhibition, atau Pameran Wastra Asia, karena ini adalah kesempatan yang istimewa yang menempatkan wastra Nusantara di sebuah pameran internasional. Tak hanya kain tradisional dari Indonesia saja, ajang ini juga menampilkan berbagai kain dari negara-negara Asia lainnya.

Dinny Jusuf, Pendiri TORAJAMELO, merasa gembira dapat berpartisipasi di ajang Asian Textiles Exhibition. Dinny berkata, “Kami tentunya bangga terlibat menjadi pendukung dalam ajang Asian Textiles Exhibition atau Pameran Wastra Asia ini. Ajang ini merupakan pameran prestisius, yang menampilkan tak hanya kain tradisional Nusantara saja tetapi juga kain-kain tradisional dari negara-negara Asia lain. Selama sebulan penuh masyarakat umum dapat mengetahui dan mengenal berbagai kain tradisional di Asia yang satu sama lain ada benang merahnya. Ajang ini pun menjadi showcase bagi karya-karya pengrajin daerah yang buah karyanya dianggap layak untuk ditampilkan pada ajang pameran tingkat Asia, sehingga ini tentunya akan meningkatkan kepercayaan diri para pengrajin, khususnya penenun, untuk berinovasi dengan corak, warna, desain hingga material yang lebih kekinian. Harapan kami, kain tenun asli bukan pabrikan dapat semakin dicintai oleh masyarakat Indonesia khususnya dan menjadi warisan budaya Bangsa yang patut di lestarikan”.

Keseriusan TORAJAMELO dalam membina para perempuan penenun di beberapa desa di Toraja selama 10 tahun terakhir ini membawa banyak kemajuan dengan dipamerkannya hasil karya para penenun berdampingan dengan koleksi dari negara Asia lain.

“Saya mendirikan TORAJAMELO karena saya melihat masih banyak kemiskinan dan kekerasan yang dialami para perempuan di pedesaan sehingga saya pun tergerak ingin membantu agar para perempuan di desa-desa terpencil di seluruh Indonesia dapat bangkit dan memperbaiki kehidupannya. Harapan saya, mereka dapat menambah penghasilan sekaligus juga menghidupkan seni dan budaya menenun di Indonesia agar tetap lestari karena saat ini sudah banyak yang ditinggalkan”. ujar Dinny Jusuf

TORAJAMELO didirikan pada tahun 2008 di Toraja dan bertujuan untuk menghentikan kemiskinan dan  kekerasan perempuan melalui kain tenun. TORAJA MELO lebih memfokuskan kepada pengembangan komunitas penenun, khususnya penenun yang menggunakan alat tenun gedhog, sehingga mereka dapat menghasilkan uang sembari bekerja dari rumah dan tetap dapat menjaga keluarga mereka.

Dengan suksesnya kerja TORAJAMELO di Toraja serta atas permintaan banyak komunitas, maka sejak tahun 2013 TORAJAMELO merambah ke Mamasa, Sulawesi Barat untuk membina para perempuan penenun di sana. Pada tahun 2014, TORAJAMELO bekerjasama dengan PEKKA (Asosiasi Perempuan Kepala Keluarga) dan memulai kerja di pulau Adonara dan Lembata di Nusa Tenggara Timur. Secara keseluruhan Toraja Melo bekerjasama dengan komunitas penenun yang terdiri dari sekitar 1,000 perempuan penenun. Mulai tahun 2018, ketika para penenun di keempat daerah tersebut sudah mandiri dan stabil sebagai pemasok kain tenun, maka TORAJAMELO kemudian lebih memfokuskan diri untuk meningkatkan sisi bisnis mereka.

Bersama PEKKA, TORAJA MELO mengadakan Program Pengorganisasian Masyarakat dan Peningkatan Kapasitas dengan topik seperti tren mode, desain kain dan sebagainya. Disamping itu mereka memberikan akses pada pembiayaan mikro dan tunjangan sosial seperti beasiswa, layanan kesehatan dan obat. TORAJAMELO juga mengupayakan regenerasi untuk meneruskan pengetahuan menenun kepada generasi muda. Cita-cita TORAJA MELO adalah untuk bisa membina sekitar 5,000  penenun di seluruh Indonesia.

Dari sisi bisnis, TORAJAMELO menghasilkan lini mode, aksesoris dan produk cinderamata berkualitas tinggi. Semuanya dibuat dari kain tenun tangan asli dari semua daerah kerja TORAJAMELO. Tim TORAJAMELO berfokus pada desain yang modis, fungsional dan berkualitas tinggi, yang bisa diperkenalkan dan dipasarkan baik di Indonesia maupun di mancanegara.

TORAJAMELO berkolaborasi dengan Komunitas Perempuan Penenun Miskin Pedesaan dan Perempuan Miskin Kota untuk menghadirkan tenun yang semakin memperkaya warna-warni tenun Nusantara sekaligus mengangkat derajat tenun sebagai bahan yang fashionable.

Untuk produk mode dan cinderamata yang dikembangkan TORAJAMELO, Dinny Jusuf menambahkan bahwa tujuan TORAJAMELO menjual produk mode dan cinderata berkualitas tinggi yang semuanya terbuat dari kain tenun tangan asli adalah untuk memberi added value pada kain tenun tersebut.

“Sudah pasti ini turut meningkatkan derajat handicraft khas Toraja dan daerah lainnya yang telah bekerjasama dengan kami. Dengan semakin banyak orang yang mengenal TORAJA MELO, maka ke depannya akan semakin banyak yang menyukai dan akan menjadi bagian dari busana masyarakat urban seperti Jakarta. “Kami bersama pelaku kreatif muda tentunya sangat dibutuhkan oleh daerah-daerah terpelosok, untuk dapat mengindentifikasi warisan lokal untuk dapat di inovasikan menjadi produk-produk yang berdaya ekonomi tinggi, sehingga secara tidak langsung dapat menggairahkan ekonomi kreatif di daerah-daerah yang ada di Indonesia sehingga dapat mandiri dan lebih maju. Kami pun ingin mendorong dan membantu pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal”, tutup Dinny Jusuf.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top