
Jakarta – Sejak ditemukannya jarum suntik sekitar tahun 1850-an, pemberian obat melalui suntikan menjadi bagian utama tindakan medis, untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan baik yang bersifat akut maupun kronik. Dokter maupun petugas kesehatan di seluruh dunia hampir pasti telah menggunakan alat ini.
Meski manfaat jarum suntik cukup banyak, ada kalanya pasien memiliki ketakutan akan jarum suntik yang terbuat dari logam dengan lubang ditengahnya dan tajam diujung tersebut.
Teknologi needle-free injection atau suntikan tanpa jarum suntik pertama kali ditemukan oleh seorang dokter anastesiologi Amerika Serikat bernama Robert A. Hingson tahun 1970.
Modifikasi alat dilakukan termasuk memodifikasi injektor untuk meningkatkan keamanan. Perusahaan alat kesehatan berlomba untuk dapat menciptakan alat yang terbaik hingga akhirnya Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk pertama kali tahun 2014 menyetujui sistim injeksi tanpa jarum ini, untuk tujuan vaksinasi.
Belakangan teknologi needle-free injection terus berkembang dan banyak digunakan para praktisi kesehatan termasuk dokter gigi, dokter umum, dokter andrologi, dokter anak dan dokter kulit. Termasuk untuk tujuan anastesi, menyuntikan obat-obatan tertentu seperti, hormon, insulin, vitamin, vaksin dan botulinumtoxin.
Teknologi suntikan tanpa jarum, memanfaatkan energi pendorong yang kuat dari pegas, gas, atau elektromagnetik dengan tujuan mengantarkan preparat obat berbentuk cair menembus kulit.
Rumah Sunatan, sebagai jaringan klinik sunat terbesar di Indonesia yang saat ini sudah memiliki 40 cabang, mencoba memanfaatkan teknologi mutahir tersebut untuk tujuan anastesi sirkumsisi. Dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, selaku pendiri Rumah Sunatan, berharap dengan menghilangkan penggunaan jarum suntik, yang dikombinasikan dengan teknologi sirkumsisi modern (Mahdian Klem) anak-anak menjadi lebih nyaman, bebas nyeri ketika di sunat.
Sunat Bebas Nyeri, Tanpa Suntik
Sirkumsisi beberapa tahun terakhir menarik perhatian luar biasa di dunia barat. Bukti-bukti ilmiah akan manfaat sirkumsisi dari sisi medis secara jelas disampaikan seperti; mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih, mengurangi risiko penularan penyakit menular seksual terutama pada laki-laki, mencegah terjadinya kanker penis dan mengurangi risiko kanker serviks pada perempuan (partner seksual) serta mencegah penularan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Human Papilloma Virus (HPV).
Meski memiliki manfaat yang luar biasa, issue “nyeri” masih dijadikan momok menakutkan sekaligus penghalang dilakukannya sirkumsisi pada pria. Nyeri saat sirkumsisi pada pria dewasa umumnya diakibatkan karena prosedur anastesi lokal yang sering tidak adekuat. Bahkan untuk menghindari rasa nyeri ini di Amerika Serikat tindakan sirkumsisi dewasa, banyak dilakukan melalui prosedur anastesi umum, ini tentunya menyebabkan pembiyayaan yang lebih tinggi pada tindakan sirkumsisi.
Rumah Sunatan Indonesia mengadobe teknologi needle-free injection asal korea. Alat ini terdiri atas 3 komponen utama yaitu alat semprot cairan anastesi yang terbuat dari kaca dengan ukuran, injektor, dan pompa injektor.
Injektor, menggunakan tenaga pegas yang dapat disesuaikan kekuatan penetrasi ke kulit sesuai kebutuhan. Menggunakan bantuan pompa injektor alat ini akan memberikan tekanan pada alat penyemprot yang berisi cairan anastesi. Obat anastesi akan lebih mudah diserap dan menyebar lebih baik menggunakan teknologi needle-free injection dibandingkan penggunaan jarum suntik konvensional.
“Dengan teknologi ini waktu capai analgesia pasien sunat menjadi lebih cepat, tanpa menimbulkan cidera jaringan dan tanpa rasa sakit,” ujar dr. Mahdian. Dengan teknologi ini kenyamanan proses sunat baik pada anak atau dewasa juga menjadi lebih baik.
Teknologi needle-free injection juga digunakan saat melepaskan klem yang merupakan teknologi modern sirkumsisi. Kombinasi keduanya menghasilkan perpaduan luar biasa, sunat terbebas dari nyeri, dapat langsung beraktivitas, proses penyembuhan cepat, tanpa jahitan, dengan hasil estetik paska sunat yang indah.
Seperti kita ketahui, sunat di Indonesia dilakukan pada usia sekolah, pada usia ini anak umumnya sudah pernah mengalami di suntik dokter (vaksin, dll). Teknologi needle-free circumcision ini tentunya akan meningkatkan kenyamanan anak menjalani proses sirkumsisi.
