Cantik & Sehat

Hasil studi XANAP – Rivaroxaban untuk Pencegahan Stroke

Rivaroxaban turunkan angka kejadian stroke dengan tingkat perdarahan mayor rendah

Jakarta – Hasil studi XANAP (Rivaroxaban untuk Pencegahan Stroke bagi Pasien dengan Fibrilasi Atrium di Asia / Rivaroxaban for Prevention of Stroke in Patients with Atrial Fibrillation in Asia) yang dipublikasikan di the Journal of Arrhythmia (publikasi resmi Perkumpulan Heart Rhythm Asia Pasifik dan Jepang) memberikan kabar baik bagi pasien FA di Indonesia.

Studi XANAP melibatkan 2.273 pasien di 10 negara Asia – termasuk 126 pasien dari Indonesia – merupakan studi pertama dan terbesar di Asia yang meneliti penggunaan anti koagulan oral antagonis non vitamin K (NOAC) Rivaroxaban pada populasi pasien yang besar dengan gangguan ritme jantung non-valvular fibrilasi atrium. Real world data menunjukkan rendahnya tingkat perdarahan (1,5% per tahun) dan rendahnya tingkat kejadian stroke (hanya 1,7% per tahun) pada pasien FA yang diterapi dengan Rivaroxaban. Studi ini juga mengkonfirmasi bahwa Rivaroxaban memiliki tingkat keamanan dan efikasi yang kuat pada pasien di Asia1.
FA merupakan kelainan irama jantung yang berupa detak jantung tidak regular yang sering dijumpai di populasi dunia termasuk di Indonesia. Penderita FA memiliki risiko 5 kali lebih tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan orang tanpa FA3.

“Prevalensi FA meningkat di Asia, diperkirakan sekitar 72 juta orang menderita FA di tahun 2050. Data menunjukkan bahwa NOAC dapat menjadi standar terbaru untuk pencegahan stroke dan perdarahan pada pasien FA non-valvular (FA yang tidak disebabkan oleh kelainan pada katup jantung), dimana perdarahan mayor merupakan pertimbangan utama dokter saat merekomendasikan NOAC pada pasien FA. Data XANAP ini semakin memastikan bahwa NOAC Rivaroxaban dapat menurunkan tingkat perdarahan pada pasien FA di Asia, juga manfaat dan keamanan yang positif sehingga bermanfaat bagi pencegahan stroke pada pasien”, kata dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP(K) sebagai Dokter Peneliti. “Di Indonesia akan terjadi peningkatan populasi usia lanjut yaitu dari 7,74% (tahun 2000) menjadi 28,68% di tahun 20504, maka angka kejadian FA juga akan meningkat secara signifkan. Hal ini terjadi karena prevalensi FA meningkat menurut usia5-7 dan FA lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita5-6,” tambahnya.

Terkait pentingnya hasil studi XANAP bagi pasien dengan FA di Indonesia, Dr. Mohammad Kurniawan, Sp.S(K) sebagai Dokter Peneliti Utama di Indonesia mengatakan, ”Pada XANAP, tingkat perdarahan mayor pasien yang diobati dengan Rivaroxaban rendah yaitu 1,5% per tahun. Secara khusus, tingkat perdarahan gastrointestinal (GI) dan perdarahan intrakranial (otak) yang fatal relatif rendah yaitu masing-masing 0,5% dan 0,7% per tahun. Tingkat stroke juga rendah pada 1,7% per tahun. Hal ini menegaskan kembali keefektifan Rivaroxaban dalam mencegah stroke terkait AF. Lebih dari 96% pasien yang diobati dengan Rivaroxaban dalam penelitian ini tidak mengalami perdarahan mayor, stroke / emboli sistemik (SE), atau kematian karena penyebab apapun. Penelitian ini melibatkan pasien lanjut usia dengan berbagai tingkat risiko stroke, berbagai penyakit penyerta medis yang signifikan termasuk gagal jantung, hipertensi, diabetes melitus, stroke / SE / serangan iskemik transien dan infark miokard1.”

FA menyebabkan bekuan darah di jantung yang bila lepas ke sirkulasi sistemik dapat menyebabkan stroke. Kelumpuhan merupakan bentuk kecacatan yang sering dijumpai pada kasus stroke dengan FA. Di Indonesia, 37% pasien FA dengan usia kurang dari 75 tahun, stroke iskemik merupakan gejala pertama yang didapati10. Jumlah penderita stroke di Indonesia mengalami peningkatan, data SURVEY KESEHATAN tahun 1990-an, jumlah penderita stroke adalah 2 per 1000 penduduk, pada RISKESDAS 2007 meningkat menjadi 8,3 per 1000 penduduk dan pada RISKESDAS 2013 menunjukan peningkatan jumlah penderita stroke menjadi 12,1 per 1000 penduduk. Peningkatan juga terjadi pada angka kematian akibat stroke. Berdasarkan data Survey Kementerian Kesehatan 2014, 21,1% kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke dan merupakan penyakit penyebab kematian no.1 di Indonesia.

Terkait rekomendasi pengobatan pasien FA dengan menggunakan Rivaroxaban, hal utama yang harus dipertimbangkan adalah faktor risiko individu pasien yang sesuai untuk pencegahan stroke FA. Pengalaman dan bukti Rivaroxaban menunjukkan keamanan dan efikasi yang baik pada pasien dengan berbagai risiko, termasuk pasien yang memiliki risiko stroke tinggi. Hal ini akan sangat membantu dokter dan pasien dalam membuat keputusan perawatan mereka dalam manajemen FA. Data positif dari XANAP menegaskan kembali profil keamanan Rivaroxaban yang telah terbukti pada pasien Asia termasuk Indonesia.

XANAP adalah bagian dari studi XANTUS – penelitian global yang terdiri dari tiga studi prospektif, non-intervensi, mencakup tiga wilayah dan 47 negara. Hasil dari analisis gabungan besar XANTUS pada 11.121 pasien baru-baru ini diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology, mengkonfirmasi profil keamanan global Rivaroxaban dalam praktek klinis11.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top